Petualangan

dea_anugrah
Oct 25, 2021

--

Dia tengkurap dan tronton melindas punggungnya. Lagi, sekali lagi, katanya, kalau yang satu berlalu. Lagi, sekali lagi, katanya sambil menelentang, saat yang lain mendekat.

Dia menghapus bekas ban pada gusi. Dia memasang kembali kuku jari manisnya yang terlepas. Tentu setelah mengelapnya ke celana, tiga atau empat kali.

Tronton melindas lagi dan femurnya yang patah melubangi tanah, berpilin, seperti akar mekanis. Mechanical, maksudku. Pinggangnya terperosok ke celah, lalu semuanya meluncur.

Dia menyalami batu-batu dengan lidahnya. Mineral terasa seperti bubur udang. Enak dinikmati sehabis berhujan, selagi beruap. Siapa yang mengatakan itu? Suaranya lembut dan ngantuk.

Lempung dan batu. Rambutnya menggumpal. Kulit pelipisnya koyak dan berkibar. Rahangnya sudah lama mencair.

--

--